Design Thinking, step by step

Fahrizal Bimantara
6 min readOct 13, 2019

--

Mungkin masih banyak orang yang sedang belajar tentang UX belum terlalu memahami apa itu Design thinking. Dari observasiku, kebanyakan orang lebih fokus pada bagaimana cara menggunakan tools design seperti Sketch, Figma, atau adobe XD. Mereka fokus pada hasil akhir, tanpa memahami proses berpikir yang sebelum mulai mendesign suatu produk. Dribbble menjadi salah satu web yang paling digemari untuk memamerkan “UX Design mereka”.

Untuk ku, skill dalam menggunakan software design itu penting, tapi memahami prinsip design itu sendiri tidak kalah penting. Cukup banyak methodology terkait design dalam pengembangan produk. Salah satu yang paling terkenal dan saat ini aku gunakan adalah “Design thinking”.

Design thinking process

Proses ini dikembangkan oleh IDEO and diajarkan di d.school: Institute of Design at Stanford. Proses ini membutuhkan banyak kolaborasi dan iterasi yang cukup sering. Proses ini mempunya 5 tahap, Empathize, Define, Ideate, Design, and Test

seluruh proses isinya apa aja, ayo kita bahas sekilas.

Empathize

Proses pertama ini fokus dalam mengumpulkan requirement, terutama “Berempati”. Tapi, kepada siapa kita harus berempati ? Overall, ada 3 hal yang perlu difokuskan dalam tahap ini, menurut aku ya.

1. Looking in

Dalam tahap ini, kita harus banyak mengumpulkan brief terkait project atau produk yang akan kita buat dari para stakeholders. Dalam kasus di startup biasanya mengacu pada tim bisnis, product manager, project manager atau bahkan client.

Hal yang perlu digaris bawahi adalah apa tujuan, problem, metrics sukses, kpi dan data bila mungkin ada dari project yang akan dikerjakan. Poin utama dalam tahap ini adalah berempati pada stakeholder.

2. Looking out

Setelah kita mengetahui apa kebutuhan, masalah, metric sukses dari sudut pandang stakeholder. Tahap selanjutnya kita harus “Berempati pada user, dengan melakukan user research. Metode yang bisa digunakan ada banyak, entah card sorting, deep interview, survey dll tergantung dari kebutuhan projectnya.

3. Looking around

Tahap ini kita bisa melakukan analysis competitor. Membandingkan fitur yang sama dengan app/website lain. Yang perlu kita catat adalah bagaimana konsep designnya, flow, dan kontennya.

Define

Setelah selesai mencari requirement, entah goal, problem, findings dari research, dan competitive analysis, kita bisa coba memetakan temuan-temuan terkait untuk mengetahui apa sebenarnya masalah yang dialami oleh user. Kita bisa mencatat apa saja pain points yang ditemui user, atau bisa juga kita buat sebuah user persona yang menggambarkan user utamanya.

Kelebihan menggunakan user persona adalah kita bisa lebih mudah menjelaskan user utama kita seperti apa ke stakeholder yang tidak ikut melakukan user research. Tapi menurut aku sendiri membuat persona itu gak wajib, banyak yang aku lihat designer yang malah salah bikin persona. Persona yang dibikin lebih fokus pada tujuan dan problem dari sudut pandang stakeholder, dan tidak menggambarkan user sesungguhnya. Jadi, boleh pake persona asal gak ngasal.

Ideate

Masalah dan pain points sudah ditemukan, dan udah dikelompokkan mana saja yang mau dipecahkan. Tahap selanjutnya adalah melakukan ideation. Di tahap ini kita berkumpul bersama tim, saling bertukar pikiran tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah yang sudah didefine.

Ada cukup banyak metode ideation yang bisa digunakan, mungkin salah satu yang cukup terkenal adalah Crazy 8, tapi mungkin bisa juga mencoba format ideation lainnya sih.

Cek disini https://www.justinmind.com/blog/8-ux-ideation-techniques-to-try-out/

Design & Prototype

Setelah ide untuk solusi masalah kita dapatkan selanjutnya adalah proses mendesign. Sebenarnya proses ini cukup panjang, tapi banyak yang langsung terjun ke software design.

Secara keseluruhan, dalam proses design ini aku biasanya menggunakan 5 tahap.

1. Membuat user journey

Biasanya aku bersama tim melakukan tahap ini dengan menggunakan sticky notes atau software Miro. Konsepnya adalah membuat checkpoint yang akan dilalui user untuk mencapai suatu goal. Dan tahap ini kita fokus dulu pada happy flow supaya user menyelesaikan task yang kita harapkan. Jadi jangan terlalu detail sampai membuat berbagai corner case.

Selain membuat journey, kita bisa juga menambahkan user empathy map dalam setiap checkpoint. Isinya adalah apa yang user akan lihat, rasakan, pikir, dan lakukan. Tujuannya agar kita bisa lebih user centric pada setiap keputusan design yang akan kita ambil.

mungkin bisa baca disini terkait user journey
https://uxplanet.org/a-beginners-guide-to-user-journey-mapping-bd914f4c517c

Tools yang bisa dipakai :

https://miro.com

Sticky notes

2. Membuat Flow

Pada tahap ini, setelah kita sudah membuat happy flow pada user journey, kita bisa mulai mendetailkan flow app/web yang akan kita buat. Untuk membuat user flow kamu akan butuh banyak diskusi dengan tim engineering, teutama Backend dan product manager. Pastikan semua corncer case sudah terdokumentasikan dalam tahap ini. Software yang bisa digunakan dalam tahap ini cukup banyak, Overflow, atau whimsical pun bisa. Atau bahkan dengan flow chart pun sudah cukup.

Tools yang bisa dipakai :

https://whimsical.com

https://overflow.io/

3. Wireframing

Setelah flow sudah jelas. Selanjutnya, periksa setiap checkpoint dan buatlah wireframennya. Gak harus bagus-bagus amat, yang penting info apa aja yang akan ditampilkan ditiap checkpoint sudah jelas.

Gak harus pakai aplikasi seperti Balsamiq atau whimsical langsung, boleh mulai dari oret-oretan di kertas supaya bisa diskusi dengan researcher atau engineer dulu. Kalau sudah beres baru dibuat di software wireframe dan disatukan dengan flow yang sudah kita buat.

Pastikan sebelum ke tahap selanjutnya, kalian sudah berdiskusi dengan tim engineering terutama Frontend dan Mobile app engineer. Hal ini membantu untuk mengetahui feasibility dari design yang akan teman teman buat. Intinya keep collaborating ama team ya!

Tools yang bisa dipakai :

https://whimsical.com

4. Design High Fidelity

Wireframe udah beres, selanjutnya adalah proses design high fidelity. High fidelity adalah tampilan final dari design yang nanti akan didevelop oleh tim engineer. Software yang bisa digunakan ada banyak mulai dari Sketch, Adobe XD, Figma, dll.

Hal yang perlu dicatat dari tahap ini adalah, kita akan lebih banyak melakukan explorasi visual, jadi pastikan selalu diskusi dengan tim engineer yang akan mendevelop design kalian, pastikan tidak membuat design atau interaksi yang membutuhkan banyak effor dalam proses developmentnya.

Tools yang bisa dipakai :

https://www.figma.com

5. Prototyping

Setelah High fidelity design selesai, normalnya kita akan mengetest apakah design kita berhasil menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan awal atau tidak. Tapi kalau harus menunggu didevelop oleh engineer tentu akan memakan waktu lama.

Hal paling mudah adalah membuat prototype. Kalian bisa cek website-website berikut untuk membuat prototype app/website.

Tools yang bisa dipakai :

https://www.figma.com

Test the Design

Pada tahap ini kalian bisa melakukan user testing. User journey sudah ada, prototype juga, kalian bisa meminta target user untuk mencoba melakukan task tertentu untuk mencapai goal yang dinginkan.

Conclusion

Dari keseluruhan proses, sebenarnya tidak harus saklek seperti diatas. Tergantung timeline, kebutuhan bisnis dll. Bisa jadi langsung mulai ideation setelah brief datang, tanpa perlu melakukan user research. Atau tidak sempat membuat user testing, dan akhirnya mengandalkan tracker untuk mengetahui jumlah klik.

Overall yang aku share masih sangat umum, mungkin lain waktu bisa dishare lagi secra lebih spesifik di setiap tahapnya. Terimakasih.

--

--